Kamis, 10 Juli 2014

dia milik Allah, bukan milikmu







Sebut saja pemuda itu Cecep...

Seorang pemuda biasa saja, yang terpaut hatinya dengan pesona seorang wanita.


Dua tahun sudah  ia  mengamatinya. Sejak pertama kali bertemu dengan wanita itu, yang diingatnya hanyalah  dua hal.  Hari Selasa dan seorang wanita dengan jilbab lebar yang terjulur sampai menutupi punggung dan dadanya.

Mulai hari itu, keping-keping harapannya berserakan di alam pikirannya. Keping  harapan tentang pernikahan, tentang indahnya rumah tangga, tentang anak yang sholeh, dan tentang cerita masa indah di hari tua sebagaimana yang sering Cecep dengarkan dari pengajian-pengajian di pinggiran kota.


Semuanya, kepingan harapan itu seolah  mengalir, keluar begitu saja dalam pikirannya tanpa perlu otaknya bekerja, pikiran yang keluar rasanya berasal dari sum-sum tulang belakang. Melihat wanita itu,  seperti melihat  indahnya masa-masa yang akan ia lalui bersamanya.  Wanita itu adalah masa depan baginya, tentu semua itu masih dalam angan pikiran.

Berkhayalkah? 

iya... Cecep memang sedang berkhayal.

Seperti halnya tangan yang tersentuh api. Tangan akan bergerak, tidak memerlukan respon otak, karena yang merespon adalah tetangganya, "si sum-sum tulang belakang". Otak tak perlu berfikir. Tapi rangsangan yang diberikan langsung direspon dengan cepat dari sum-sum tulang belakang. Hasilnya? tangan akan  menjauh dari api  secara reflek. Ini mungkin yang disebut "otomatis" versi tubuh.

Meski mungkin terdengar hiperbola, tapi seperti itulah respon jiwa si Cecep ketika meihat si wanita berhijab lebar itu... khayalan  tentang indahnya pernikahan itu  muncul setiap melihatnya, meski secara umum jiwanya masih bepirada dalam kekuasaan otak, tapi pikiran tentang masa depan seolah muncul dengan otomatis.

Cecep tak pernah mengenalnya sebelumnya. Tapi selanjutnya, yang  dikenal  ia wanita yang selalu berpapasan di hari selasa hampir setiap minggunya, setiap bulannya, dan setiap tahunnya. Wanita itu selalu membawa sebuah catatan kecil dan sebuah  Al Qur’an, pada setiap pagi hari, pun begitu di siangnya.

Hampir setiap selasa sepulang  sholat dzhur, Cecep selalu melihatnya di salah satu ruangan di di teras masjid. Masjid yang menjadi tempatnya melepas  lelah sambil bercerita membagi kisah bersama sahabat-sahabatnya. Pembicaraan yang selalu diselipkan canda adalah salah satu hal yang sering dilakukan paska Sholat dzuhur.

Masjid itu menjadi tempat tujuan wanita itu paska sholat dzuhur untuk menuntut ilmu menunaikan sebuah kewajiban sebagai seorang muslim.

Allah memang menakdirkan keduanya untuk berdiri pada satu tempat yang sama  dalam satu waktu. Bedanya,  saat bertemu, Cecep hendak bergegas pulang dari masjid, namun  si wanita itu justru sebaliknya, berjalan menunduk menuju masjid. 

Dari jauh dia sudah melihatnya, dari jauh pula wanita itu diperhatikan. Tapi,  ketika dia mulai dekat entah mengapa tiba-tiba seperti ada gangguan dalam pikiran Cecep, pikirannya kehilangan fokus, aliran darah pemuda itu mulai naik, angan-angan otomatis  itu muncul lagi, wajahnya  mulai memerah. 

dirinya mulai panik, yang ada ingin segera meninggalkan masjid... dengan buru-buru dia tinggalkan masjid menuju tempat lain, dimana saja asal bukan di masjid.

Dag, dig, dug.. semakin kencang  rasanya jantung nya berdenyut.

Semakin lama semakin kencang detaknya, selaras dengan jarak antara dia dan dirinya yang semakin dekat.

gugup…

sangatlah gugup…

Mungkin ini yang dibilang aneh bin ajaib.

Ketika jauh, ingin rasanya mendekat, ketika dekat ingin buru-buru menjauh....









 Dan hari ini dia mulai sedikit percaya sebuah lirik lagu yang kondang milik artis muda ternama, ada perasaan yang kadang tak bisa  masuk logika…. Cinta.


Tapi, ia tak sepenuhnya percaya karena sebenarnya ia tak tau, tidak bisa memastikan apakah dia sedang jatuh cinta atau hanya sekedar suka tingkat dewa. Karena tidak ada definisi tentangnya, tidak ada rumus dan formula, dan tidak pernah ada syarat dan ukuran... kapan perasaan itu diklasifikasikan sebagai cinta.

Yang ada di benaknya, hanya beberapa bait puisi tentang cinta karya Armen Halim Naro.

Karena cinta adalah..
kesucian, pengorbanan,
keteguhan dalam memegang janji,
keikhlasan dalam melaksanakan perintah

Cinta adalah akad dan perjanjian...
Cinta adalah airnya kehidupan bahkan dia adalah rahasia kehidupan...
Cinta adalah kelezatan ruh bahkan ia adalah ruh kehidupan...

Dengan cinta, 

 Menjadi terang semua kegelapan...
Akan cerah kehidupan..akan menari hati...
dan akan bersih qolbu....

Dengan cinta semua kesalahan akan dimaafkan...
Dengan cinta semua kelalaian akan diampunkan...
Dengan cinta akan dibesarkan makna kebaikan...

Kalaulah bukan dengan cinta,
maka tidak akan saling meliuk satu dahan dengan dahan yang lainnya...

Kalaulah bukan karena cinta,
tidak akan merunduk rusa betina kepada pejantannya,
tidak akan menangis tanah yang kering terhadap awan yang hitam,
dan bumi tidak akan tertawa terhadap bunga pada musim semi....

Sekiranya lautan mempunyai pantai dan sekiranya sungai mempunyai muara,
maka lautan cinta tidak berpantai dan sungai cinta tidak bermuara....
Hari-hari berlalu, dia  berjalan dari takdir yang satu menuju takdir yang lain yang Allah telah tetapkan untuknya. Cecep menjalani hari-harinya dengan sebuah harapan dan perasaaan yang tak pernah diutarakan pada wanita itu. Ia hanya bisa memandangi jauh dari belakang.




Sampai  akhirnya, terdegarlah beritaduka yang  merajam hatinya. Seorang hamba Allah yang sepadan dengan diri wanita itu, jauh di atas dirinya. seorang hamba Allah  akan  mengikat janji dengan wanita impiannya. 

janjinya itu adalah janji yang kokoh...  berdua berbahagia sampai di surga.

mendengar kabar itu, hatinya hancur, bingung, bimbang… harapannya buyar seketika… 

Sore hari berita itu sampai di telinganya, malamnya menjadi malam yang  panjang baginya. Sesak pikiran tak ada obat, tak ada peringan rasa sakit, tidak ada pengjibur kesedihan…

Malam itu, dia paksakan matanya untuk terpejam, berkali-kali dicobanya tapi bayang-bayang penyesalan  selalu muncul…Sampai  akhirnya matanya terpejam, tapi sayang  pikirannya lagi-lagi  memaksanya terbangun…

Diambilnya al’qur’an, dibacanya dengan kesedihan. Dengan mata yang berkaca, lantunan ayat-ayat-Nya terus saja keluar dari lisannya. Meski disetiap perhentian ayat, pikirannya tetap saja datang dengan sejuta penyesalan.

Ia ingat perkataan sahabat Nabi, Abu Said Al Khudri. Katanya  obat hati itu ada  lima, membaca Alquran, berdzikir, berpuasa, sholat malam dan berkumpul dengan orang shaleh.

Ingatannya itu lantas membawanya mencari penawar lainnya. Pada saat itu, malam sudah berada di sepertiga ujungnya, bergegas pemuda itu pergi untuk berwudhu, kemudian didirikannya sholat... dibacanya beberapa surat-surat yang panjang yang pernah dihafalnya dahulu...

Suaranya terdengar sendu.. tarikan nafasnya beberapa kali terdengar.  Selesai berdoa, dia angkat kedua tangannya seraya memohon kepada Rabbul'alamin. Pemuda itu meminta kepada Dzat yang membolakbalikan hati, agar dirinya diberikan kesabaran dan kekuatan. 

Dalam doanya juga ia masih masih memohon agar Allah menjadikan wanita itu sebagai pendamping hidupnya. Meski hal ini terdengar mustahil, dengan penuh keluh kesah diulanginya doa itu berkali-kali  bahkan ditinggikan kedua tangganya, dan disebutkan asma Allah.

Sungguh, Cecep sangat paham bait doa yang harusnya dia ucapkan.  Harusnya,  dia berdoa:

"Ya Allah, jika dia memang bukan jodohku...
maka berilah gantinya dengan yang lebih baik.."
Namun, bibirnya kelu untuk mengucapkannya. Tak sampai rasa hatinya untuk  memohon hal itu. Karena dirinya, masih saja belum menerima, mungkin baginya harapan itu terlalu indah untuk hilang.

akhirnya ia mulai tersadar... semuanya termasuk dirinya sepenuhnya berada dalam takdir Allah. dan memang begitulah hidup, manusia berjalan dari takdir yang satu menuju takdir lainnya yang Allah tetapkan untuknya... lima puluh ribu tahun sebelum diciptakan langit dan bumi.

Pada malam itu, tak ada keinginan lainnya lagi selain meminta  “kantuk” untuk  datang menyerang agar mata nya dapat terpejam, berharap hati dan pikirannya dapat beristirahat dari himpitan  kesedihan dan penyesalan, meski hanya sebentar saja.

bersambung....



Note:
kisah dalam cerita ini adalah nyata,
mungkin kisahnya terlihat sangat berlebihan, tapi ketahuilah bahwa kejadian sebenarnya lebih mengharukan...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar